
Mempawah – Pagi yang cerah di pesisir Muara Jungkat, Kecamatan Jongkat, Kabupaten Mempawah, tiba-tiba terasa lebih bermakna ketika deru mesin kapal patroli KP. PENATA VI-1006 terdengar mendekati kawasan hilir sungai yang bermuara langsung ke Laut Natuna. Kamis (21/08/2025) itu, jajaran kepolisian perairan sengaja menghampiri para anak buah kapal (ABK) dan nelayan tradisional yang tengah bersiap untuk melaut.
Suasana pelabuhan kecil yang ramai dengan aktivitas bongkar muat ikan seketika terhenti sejenak, ketika para personel KP. PENATA VI-1006 mulai memberikan pengarahan. Mereka tidak hanya sekadar singgah, melainkan membawa pesan penting terkait keselamatan pelayaran di tengah kondisi cuaca yang kian sulit diprediksi.
Pesan Utama: Jangan Memaksakan Diri Saat Cuaca Buruk
Danpal KP. PENATA VI-1006 Jungkat mengingatkan dengan tegas bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama. “Kami mengimbau seluruh ABK dan nelayan, apabila cuaca sedang tidak bersahabat, jangan sekali-kali memaksakan diri untuk berlayar. Tunda dulu hingga cuaca membaik. Keselamatan jauh lebih penting dibandingkan hasil tangkapan. Ingatlah, ada keluarga yang menunggu dengan cemas di rumah,” ujarnya lantang, disambut anggukan serius para nelayan.
Ia juga menjelaskan langkah yang harus diambil bila cuaca buruk datang tiba-tiba saat kapal sudah berada di tengah laut. “Apabila cuaca ekstrem melanda ketika sedang berada di perairan, segera cari lokasi aman untuk berteduh. Jangan panik, jangan memaksakan jalur yang berisiko, dan pastikan awak kapal saling menjaga,” tambahnya.
Perlengkapan Keselamatan: Bekal Wajib yang Tak Boleh Diabaikan
Dalam himbauan tersebut, jajaran KP. PENATA VI-1006 juga menekankan pentingnya membawa perlengkapan keselamatan standar. Sejumlah perlengkapan vital yang wajib tersedia antara lain:
- Life jacket (pelampung),
- GPS sebagai alat navigasi,
- Alat komunikasi seperti radio atau telepon satelit.
“Kami meminta agar setiap kapal tidak abai terhadap perlengkapan keselamatan. Jangan sampai pelampung hanya menjadi pajangan di pojok kapal, atau bahkan tidak ada sama sekali. Peralatan ini bisa menyelamatkan nyawa,” ucap Danpal menegaskan.
Selain itu, ia juga mengingatkan agar nelayan selalu mencari informasi terkini dari BMKG sebelum memutuskan untuk melaut. Informasi cuaca, kata dia, adalah kunci penting untuk meminimalisir risiko bencana di laut.
Suasana Pertemuan: Nelayan Menyimak dengan Penuh Perhatian
Pantauan di lapangan, para nelayan terlihat khusyuk mendengarkan arahan tersebut. Beberapa bahkan sempat mencatat poin-poin penting, sementara yang lain mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju. Wajah mereka tampak serius, menyadari bahwa keselamatan di laut bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga menyangkut keberlangsungan hidup keluarga yang bergantung pada mereka.
Seorang nelayan tua, yang sehari-hari mencari ikan dengan kapal kecil bermesin ponton, mengaku sangat terbantu dengan himbauan itu. “Kadang kami terlalu nekat, karena demi mencari rezeki. Tapi setelah diingatkan begini, kami jadi lebih paham. Kalau keselamatan tidak dijaga, hasil tangkapan pun tidak ada artinya,” tuturnya lirih.
Solidaritas di Laut: Saling Jaga, Saling Ingatkan
Selain perlengkapan dan kewaspadaan terhadap cuaca, jajaran KP. PENATA VI-1006 juga menekankan pentingnya solidaritas di antara para ABK kapal. “Kehidupan di laut keras, tidak bisa dijalani seorang diri. Saling mengingatkan, saling membantu, dan saling menjaga, itulah kunci agar semua bisa kembali dengan selamat ke darat,” jelas Danpal.
Ia menambahkan bahwa budaya gotong royong di laut harus terus dijaga. Apabila ada kapal lain yang membutuhkan pertolongan, jangan dibiarkan. “Hari ini kita menolong orang lain, besok bisa jadi kita yang butuh pertolongan,” katanya.
Lebih dari Sekadar Patroli, Ini Bentuk Kepedulian Polairud
Bagi jajaran Polairud, kegiatan semacam ini bukan hanya sekadar rutinitas patroli, melainkan bagian dari upaya nyata membangun kesadaran kolektif di kalangan masyarakat pesisir. Kehadiran KP. PENATA VI-1006 di Muara Jungkat menjadi simbol kepedulian negara terhadap keselamatan warganya yang sehari-hari menggantungkan hidup dari laut.
“Tujuan kami sederhana: kami ingin masyarakat merasa aman, terlindungi, dan tidak sendirian menghadapi tantangan laut. Polisi perairan bukan hanya aparat penegak hukum, tetapi juga sahabat nelayan,” tegas Danpal menutup arahannya.
Harapan ke Depan: Laut Aman, Nelayan Selamat
Dengan berakhirnya kegiatan himbauan pagi itu, para nelayan terlihat kembali melanjutkan aktivitasnya dengan semangat baru. Meski ombak dan cuaca tetap menjadi misteri, setidaknya kini mereka memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran yang lebih kuat tentang pentingnya keselamatan.
Harapan yang sama juga datang dari aparat kepolisian. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat nelayan, diharapkan wilayah perairan Jungkat tetap aman, tertib, dan jauh dari insiden yang merugikan. Karena bagi mereka, menjaga laut bukan hanya soal menjaga sumber daya, tetapi juga menjaga nyawa dan masa depan generasi berikutnya.